Resiko Operasional (part 2)
Konsep Value at Risk (VAR)
Value at Risk menghitung besarnya potensi kerugian yang
mungkin terjadi pada portfolio yang dimiliki perusahaan (atau investor).
Potensi kerugian ini didefinisikan untuk suatu jangka waktu tertentu (time
horizon) dan nilai probabilitas tertentu (confidence level). Selain itu, VaR
sebagai besaran resiko atau expected loss diukur dalam nilai absolut mata uang.
Menurut Ghozali (2007: 6) VaR dapat diartikan ukuran kerugian terburuk yang diharapkan akan terjadi pada horizon waktu tertentu pada kondisi pasar yang normal dengan tingkat kepercayaan tertentu.Banyak institusi keuangan dan regulator melirik VaR sebagai metode yang mudah untuk memahami dan mengkuantifikasikan risiko pasar.
Menurut Ihsan (2012:361), VaR adalah estimasi kerugian maksimum yang akan dialami sebuah investasi selama periode waktu tertentu pada tingkat kepercayaan tertentu. Statistik VaR (Value at Risk) memiliki tiga komponen yaitu: periode waktu, tingkat kepercayaan (confidence level) dan jumlah kerugian (atau kerugian dalam prosentase). Berikut tabel tingkat kepercayaan (confidence level) untuk VaR :
Tingkat Kepercayaan (Confidence Level) Confidence of Standar Defiation (σ)95% (high)-1.65 x95% (really high)-2.33 x
Nilai kepercayaan 95% memberikan nilai faktor (confidence factor) 1,65 dengan asumsi distribusi normal, begitu juga tingkat kepercayaan 99% memberikan nilai faktor 2,33. Metode pengukuran risiko dihitung dengan estimasi persentase kerugian potensial melalui VaR nilai absolut dan nilai relatif. Nilai VaR absolut adalah kerugian terhadap zero (nol) dan nilai VaR relatif adalah kerugian yang dibandingkan dengan rata-rata nilai pengembalian hasil yang diharapkan (expected return) μ.
Metode pengukuran risiko dihitung dengan estimasi persentase kerugian potensial melalui VaR nilai absolut dan nilai relatif. Nilai VaR absolut adalah kerugian terhadap zero(nol) dan nilai VaR relatif adalah kerugian 128yang dibandingkan dengan rata-rata nilai pengembalian hasil yang diharapkan (expected return) μ. Estimasi pendekatan VaR dapat dilihat dengan formulasi sebagai berikut:
VaR absolute dan VaR relative menggunakan metode parametric yang dikalikan dengan dua parameter kuantitatif yaitu tingkat kepercayaan (confidence level) dan horizon waktu disebabkan sifat pengukurannya adalah estimasi. Tingkat kepercayaan didasarkan pada nilai distribusi standar normal (α) yang dapat dicari dari tabel kurva normal sebesar 1.65 untuk tingkat kepercayaan95% dan 2.33 untuk tingkat kepercayaan 99%. Mengukur VaR lebih baik menggunakan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi. Berbagai macam tingkat kepercayaan memberikan informasi yang berguna mengenai distribusi tingkat pengembalian hasil (return) dan kerugian esktrim potensial (Prabowo Yudho, 2009).
Misalkan: VaR harian dengan probabilitas 95% adalah IDR2.3 milyar. Artinya, dalam periode 20 hari kedepan, terdapat kemungkinan rugi harian sebesar paling tidak IDR 2.3 milyar.
Dalam contoh ini terdapat beberapa hal yang penting diperhatikan:
- Time Horizon. VaR dapat dihitung berdasarkan kurun waktu harian, mingguan, atau bahkan bulanan (jika terdapat data bulanan yang cukup panjang). Jangka waktu yang ditetapkan untuk perhitungan VaR antara lain tergantung kepada instrumen yang akan dihitung VaR-nya. Misalnya untuk transaksi money market (atau Forex) jangka waktunya dapat lebih pendek dari instrumen Medium Term Notes atau Floating Rate Notes (securities).
- Confidence Level menyatakan seberapa besar probabilita kerugian tersebut akan terjadi. Dalam contoh diatas, kemungkinan kerugian kurang dari IDR2.3 bn akan terjadi pada 95 hari dalam 100 hari mendatang (Dengan kata lain, ada 5 hari dimana kemungkinan kerugian akan lebih besar dari IDR 2.3 bn). Dalam VaR, confidence level yang umum dipakai adalah 95% atau 99%.
Beberapa Metode Perhitungan VaR
- Variance-covariance adalah metode penghitungan VaR yang mempergunakan asumsi bahwa semua return aset-aset dalam portofolio terdistribusi secara normal. Akibatnya, return dari portofolio pun akan terdistribusi secara normal. Dalam metoda ini, perhitungan VaR memerlukan data standar deviasi serta covariance dari aset-aset penyusun portofolio.
- Historical Simulation adalah metode dasar dari pendekatan non parametric (tidak mengasumsikan distribusi normal). Metode ini melakukan observasi terhadap return dari current prtfolio selama beberapa waktu kebelakang. Berdasarkan data historis ini, kemudian dihitung VaR current portfolio.
- Monte Carlo adalah metode perhitungan yang mirip dengan metode variance-covarince, namun dalam metode monte carlo parameter-parameter dari suatu distribusi tidak dihitung melainkan diasumsikan. Metode ini dapat dipakai, jika data yang tersedia tidak cukup panjang baik untuk metode variance-covariance ataupun historical.
Contoh perhitungan VaR (metode variance-covariance)
Untuk menghitung VaR maka diperlukan data-data berikut:
- Data bobot masing-masing aset dalam portofolio. Dalam tulisan ini
diambil pendekatan yang sederhana dimana bobot (weight) didapat dengan
membandingkan nilai market capitalization masing-masing aset terhadap total
market capitalization seluruh aset.
Dengan demikian diperoleh komposisi bobot sebagai berikut:
TLKM GGRM HMSP INKP ISAT Weight 39.00% 27.80% 13.90% 9.30% 10.00% - Data yang juga dibutuhkan adalah data tentang volatilitas dari portofolio
tersebut. Untuk menghitung volatilitas portofolio, maka dibutuhkan data tentang
volatilitas dari masing-masing aset, dan juga kovarians antara-aset. Hal ini semua
terangkum dalam matriks variance-covariance. Berikut ini adalah cara yang dapat ditempuh
untuk menghitung volatilitas portofolio:
- Tentukan sample data. Untuk perhitungan berikut, data historis adalah dari 1 Januari 1999 hingga 23 Agustus 2000 (terdapat 249 pengamatan).
- Setelah data diperoleh, dilakukan penghitungan return untuk kelima saham bersangkutan
dengan menggunakan persamaan
Return = ln(Pt-Pt-1)
dengan Pt menyatakan data hari ini dan Pt-1 menyatakan data hari sebelumnya.
- Jika hal ini dilakukan untuk setiap aset, maka masing-masing aset akan mempunyai vektor return sebanyak 248 buah. Jadi, data yang dipakai untuk menghitung matriks variance-covariance adalah sebuah matriks berdimensi 248 buah x 5 kolom.
| varcov = |
|
Komponen diagonal dari matriks adalah varians dari masing-masing aset, sedangkan sisanya menyatakan komponen kovarian antar aset.
Dengan menggunakan matriks ini, dihitung nilai risk atau varian portfolio tersebut dengan menggunakan persamaan
risk portofolio = sigmap2 = w . varcov . v’ = 6.47.10-4
Sehingga standard deviasi portfolio (sigmap) adalah akar dari sigmap 2, yaitu sebesar 0.0254 (2.54%).
Langkah berikutnya adalah menghitung volatilitas portofolio pada confidence level tertentu. Jika diasumsikan confidence level adalah sebesar 95% (yang secara statistik berarti number of standard deviation adalah 1.64), maka diperoleh nilai volatility sebesar 4.17%.
volatility = 1.64 . sigmap = 1.64 . 0.0254 = 0.0417
Secara praktis, jika seorang investor mempunyai uang sebesar IDR10 bn, angka 0.0417 ini (4.17%) berarti bahwa terdapat kemungkinan si investor akan mengalami kerugian minimal sebesar IDR417mn per hari akibat adanya volatiitas harga saham-saham dalam portofolionya. Angka IDR417 mn inilah yang disebut dengan angka VaR.
value at risk = 10bn . 0.0417 = 417m
Secara teknis, dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam seratus hari perdagangan terdapat 5 hari kejadian dimana si investor mengalami kerugian lebih dari IDR417 m.
Untuk contoh dengan menggunakan asumsi confidence level sebesar 99% yang berarti number of standard deviation adalah 2.33, akan diperoleh nilai volatiliy
volatility = 2.33 . sigmap = 2.33 . 0.0254 = 0.0593
Dengan kembali mengasumsikan nilai portfolio investor sebesar IDR10 bn, maka nilai Value at Risk dari portfolio tersebut adalah
value at risk = 10bn . 0.0593 = 593m
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa dalam seratus hari perdagangan kemungkinan investor mengalami kerugian diatas IDR 593 m adalah sebanyak 1 hari.
Dari kedua contoh diatas, maka dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai confidence level
yang dipergunakan, maka akan semakin besar nilai Value at Risk-nya. Berarti capital allocation
yang harus dicadangkan investor juga semakin besar.
Kesimpulan
Comments
Post a Comment