Tugas Kelompok - Manajemen Resiko Bank
Value at Risk (VaR)
1. Pengertian Value at Risk
Value at Risk (VaR) merupakan cara yang dianggap sebagai metode standar dalam mengukur risiko pasar (market risk) dan mulai digunakan untuk mengukur risiko (portofolio) kredit.
Value at Risk adalah suatu metode pengukuran risiko secara
statistik yang memperkirakan kerugian maksimum yang
mungkin terjadi atas suatu risiko kredit pada tingkat kepercayaan (level of confidence) tertentu. Nilai VaR selalu disertai dengan probabilitas yang menunjukkan seberapa mungkin kerugian yang terjadi akan lebih kecil daripada nilai pada VaR tersebut. VaR merupakan suatu nilai kerugian yang mungkin terjadi dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.
Per definisi Value at Risk adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu (predicted worst-case loss with a specific confidence level ove a period of time”). Konsep VaR berdiri di atas pengamatan statistik atas data-data historis dan relatif dapat dikatakan
sebagai suatu konsep yang bersifat objektif.
Konsep Value at Risk (VaR) dipopulerkan oleh J.P Morgan pada tahun 1994 sebagai alat untuk mengukur risiko.VaR menunjukkan berapa banyak perusahaan dapat kehilangan atau membuat probabilitas tertentu dalam waktu tertentu. VaR merangkum risiko keuangan yang melekat dalam portofolio
menjadi sederhana.
Ada tiga metode VaR untuk melakukan perhitungan, yaitu Monte Carlo Simulation Method, Variancecovariance Method dan Historical Simulation Method. Ketiga metode tersebut
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing antara lain:
1) Variance-covariance Method atau disebut juga Delta Normal Method memiliki keunggulan dari sisi kemudahan komputasi dan implementasi. Model ini diperkenalkan oleh JP.Morgan pada awal 1990-an.
2) Historical Simulation Method adalah metode yang paling sederhana dan paling transparan dalam perhitungan. Termasuk dalam perhitungan nilai portofolionya. Kelemahan pada metode ini tidak menggunakan distribusi normal pada return asetnya.
3) Monte Carlo Simulation Method juga merupakan metode pengukuran yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan Variance-covariane model. Monte Carlo Simulation Method memiliki keunggulan dalam akurasi, namun memiliki kelemahan dalam hal komputasi yang lebih rumit dibandingkan Historical Simulation Method.
2. Pengukuran Value at Risk
Metode pengukuran tingkat risiko dengan pendekatan VaR (Value at Risk) merupakan sebuah metode pengukuran tingkat risiko menggunakan pendekatan waktu dan tingkat kepercayaan dalam menghitungnya. Bentuk perhitungan VaR
(Value at Risk) secara umum untuk aset tunggal menurut
Phillipe Jorion menggunakan persamaan sebagai berikut:
![]()
VaR = α x σ x W
Keterangan:
α=Tingkat kepercayaan (Confidence Level)
σ = Standar deviasi
W = Nilai posisis aset/ nilai yang diinvestasikan
Metode pengukuran bobot bersih risiko dihitung dengan cara melakukan estimasi persentase kerugian potensial melalui VaR nilai absolut dan nilai relatif. Nilai VaR absolut adalah kerugian terhadap nol (zero) dan nilai VaR relatif (mean) adalah kerugian yang dibandingkan dengan rata-rata nilai
pengembalian hasil yang diharapkan/ expected return (µ).
VaR (zero) = A0 ( σ x
α x √t - µ x t
VaR (mean) = A0 x σ x α x
√t
Keterangan :
A0 : Nilai pembiayaan
σ : standar deviasi
α : alpha (distribusi standar normal)
√t : waktu (dalam hari) atau holding period
µ : pengembalian hasil yang diharapkan (expected return)
Nilai VaR (zero) menunjukkan adanya selisih antara VaR (mean) dengan rata-rata nilai gross expected return, dimana jika VaR (zero) positif dan signifikan terdapat potensi kerugian pembiayaan, jika nilai VaR (zero) negative berarti terdapat potensi profitabilitas pembiayaan.
Standar deviasi digunakan untuk mengukur penyebaran distribusi yang merupakan jarak rata-rata perubahan harga terhadap nilai rata-ratanya, persamaan dalam menghitung
standar deviasi adalah sebagai berikut:

Keterangan:
σ : Standar deviasi Ri
Ri: log return pada hari i
R: rata-rata return dalam periode sampel n : jumlah return dalam sampel
Dalam perhitungan standar deviasi yang telah dikemukakan di atas berpendapat bahwa volatilitas data konstan dari waktu ke waktu. Volatilitas yang konstan disebut juga homoscedastis dan volatilitas yang tidak konstan disebut heteroscedastis. Metode perhitungan volatilitas heterocedastis sudah banyak kembangkan para ahli. Adapun metode yang sering digunakan saat ini yaitu metode Exponentially Weighted Moving Average (EWMA).
3. Exponentially Weighted Moving Average (EWMA)
Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) adalah metode yang sering digunakan untuk perhitungan Value at Risk (VaR). Metode ini dikembangan oleh J.P Morgan. Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) untuk digunaskan sebagai estimasi volatilitas dengan memberikan bobot pengaruh lebih besar terhadap volatilitas data terbaru. Asumsi dasar dalam metode ini adalah nilai rata-rata nol dan mengikuti distribusi normal. Perhitungan metode ini dengan menggunakan decay factor (λ) yang memberikan bobot terhadap perubahan nilai. Exponentially Weighted Moving
Average (EWMA) dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
Ơ t²: varian data imbal hasil (r) pada saat t
λ : parameter (decay factor)
Nilai decay factor menunjukan skala bobot 0-1 dari pengamatan data terbaru dan dari data sebelumnya. Semakin tinggi nilai decay factor pada data imbal hasil berarti menunjukkan semakin besar pengaruh volatilitas sebelumnya (persitence) namun semakin tidak reaktif terhadap informasi pasar imbal hasil terakhir. Sedangkan semakin kecil nilai λ (decay factor) maka semakin reaktif volatilitas tersebut terhadap informasi pasar imbal hasil sebelumnya.
4. Confidence Level
Confidence level atau tingkat kepercayaan adalah suatu angka tertentu yang tidak dapat dilampaui dengan probabilitas yang telah ditentukan. Tingkat kepercayaan dengan menggunakan nilai distribusi standar normal (α) yang dapat dicari dari tabel kurva normal. Jika tingkat kepercayaan 95% maka nilai distribusi yang ada di tabel menunjukkan sebesar 1,65% dan untuk kepercayaan 99% nilainya sebesar 2,32%. Value at Risk (VaR) diukur lebih baik menggunakan tingkat kepercayan yang lebih tinggi.
5. Holding Period
Holding period diartikan sebagai lamanya waktu saat investasi. Pemilihan holding period sangat subyektif dan tergantung pada bisnis bank atau institusi keuangan dan juga tergantung pada jenis portofolio yang akan dianalisa. Seharusnya, holding period dihubungkan dengan periode terpanjang yang diperlukan untuk melikuidasi portofolio. Lamanya holding yang terjadi maka semakin Value at Risk (VaR) nilainya besar pula.
Daftar Pustaka
Adiwarman A. Karim ( 2014), Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan. Jakrat: Rajawali Press, hal. 334.
Veithzal Rivai dan Rifki Ismail (2013), Islamic Risk Managetent For Islamic Bank, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2013, hal. 135.
Sunaryo (2009). Manajemen Risiko Finansial. Jakarta: Salemba Empat. 2009, hal. 15.
Nurafni .(2016). Pengaruh risiko pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap bank syariah tahun 2011-2015. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2016, hal. 51.
Phillipe Jorion, (2007).Financial Risk Manager Handbook . New york: MacGraw Hill. 2007, hal. 150.
Yudho Prabowo,(2009). Analisis Resiko dan Pengembalian Hasil pada Perbankan Syariah: Aplikasi Metode VaR dan RAROC pada Bank Syariah Mandiri, La Riba Jurnal Ekonomi Islam. 2009, hal. 97.
Watini Anggun Pratiwi, (2012). Analisis Value at Risk Pada Saham Syariah dan Non-Syariah dengan Model EMWA dan GARCH (Studi Kasus pada BEI Periode 2009-2011). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, hal.
Comments
Post a Comment